Permainan Terlarang

Rina
0

Sama-samar kudengar suara hujan dari kamar hotel yang kubooking bersama teman-teman untuk acara tahun baru nanti malam. Kupandangi kamar yang bertarif 700 ribu dengan pandangan kagum dan bangga karena bisa menginap di hotel mewah bintang lima yang baru berdiri sejak 5 bulan yang lalu. Interior yang mewah dan suasana yang romantis serta ciri khas kebudayaan daerah yang jelas terpampang membuatku merasa nyaman untuk tinggal di kamar berduaan dengan pasangan, begitu yang terlintas di benakku.

Perlahan saya bangkit dari tempat tidur berukuran king size yang telah kududuki selama 5 menit. Pandanganku yang semula menonton acara MTV kualihkan ke arah jendela. Saya berjalan menuju jendela, memandang keluar melihat kotaku yang disiram oleh hujan yang telah berlangsung selama selama dua pekan. Dingin hujan ditambah dengan dinginnya AC membuat diriku merasa bergolak untuk menikmati kehangatan dari seorang wanita yang telah lama menjadi partnerku untuk urusan sex.

Kudengar suara kunci pintu diputar dan pintu kamar mandi terbuka diiringi dengan langkah seorang gadis yang keluar dari kamar mandi. Maya, begitu nama gadis partner sexku. Sebenarnya kami pernah berpacaran selama kurang lebih tiga tahun yang selalu disertai putus sambung sehingga akhirnya kami menyadari bahwa kami tidak dapat bersatu disebabkan oleh perbedaan prinsip. Namun karena masih memiliki rasa sayang kami akhirnya berkomitmen untuk menjadi ‘sahabat’ yang saling membantu termasuk untuk urusan sex.

“Loh, kok belum dibuka sih bajunya say. Lagi liat apa?”
“Hhmm.. Gak liat apa-apa kok. Cuman lagi liat pemandangan kota aja.” jawabku.

Maya berjalan ke arahku dan kemudian memelukku dari belakang. Kurasakan dadanya yang berukuran 36-B menghimpit punggungku. Rasa hangat kurasakan di punggungku, kudekap tangannya yang melingkari dadaku. Memang tinggi badan kami sepadan, yaitu 168 cm. Yang berbeda hanya beratnya saja, Maya 48 Kg dan saya 55 Kg.

“Say, udah lama yah kita ga berduaan seperti ini. Saya kangen banget ama kamu.” bisik Maya.
“Namanya juga tinggal berjauhan. Masak kamu tega sih nyuruh saya tiap hari bolak balik S-BL. Emangnya saya penjabat? Kalo pengacara iya. He.. He.. He..” candaku.
“Ihh.. Nihh orang. Asal aja ya ngomongnya.” sambil berkata demikian Maya memasang tampang cemberut sambil melayangkan cubitan ke arah pinggang dan tanganku.

Secara refleks kubalikkan badanku dan kutangkap kedua tangannya. Sambil senyum kutatap kedua matanya dan perlahan kucium bibirnya yang merah merona. Dengan mata terpejam Maya menerima ciumanku dan kedua tangannya perlahan-lahan memeluk leherku. Kedua tanganku kuarahkan ke bongkah pantatnya yang montok dan kuremas-remas. Ternyata Maya hanya mengenakan celana dalam berenda warna merah dan buah dadanya dibiarkan tanpa ditutupi dengan BH. Kurasakan lidah Maya menari bersama lidahku, kami saling berpagutan dengan penuh nafsu.

Tiba-tiba..

“Aduh..!! Apaan sihh! Sakit tahu!” kulepaskan ciumanku. Kurasakan sakit di bibirku. Maya sengaja menggigit bibir bawahku, raut muka nakal terlihat dari wajahnya yang bersih.
“Rasain. Itu balasannya yang udah buat saya kangen selama 6 bulan. Gara-gara suara kamu yang mendesah-desah di telepon saya sampai gak bisa tidur sebelum masturbasi.” jawab Maya sambil tersenyum.

Memang selama ini setiap kali kami saling telepon akan ada selingan sex telepon selama 20 menit. Hal itu sering kami lakukan sehingga membuat tagihan telepon kami menjadi bengkak. Maklumlah selama ini kami kuliah di kota berbeda. Maya di kota Sd dan saya di Kota S tetapi setiap 6 bulan saya dan Maya berusaha pulang ke kota kami di BL.

“Awas kamu yahh. Kubalas nih..” Langsung kucium bibir Maya dengan penuh nafsu. Maya berusaha mengimbangi ciuman yang kulancarkan sambil tangan kanannya mengelus-elus penisku dari luar celana. Tangan kananku pun tak mau kalah, kuremas buah dada Maya sebelah kanan sambil kupelintir putingnya yang berwarna kecoklatan.

Masih saling berciuman, kedua tangan Maya berusaha membuka kancing celana jins biru tua kesayanganku. Setelah berhasil membuka kancing dan resleting celanaku, secara otomatis celanaku jatuh ke bawah melewati kedua kakiku, yang tersisa hanyalah CD-ku saja. Kuangkat kedua kakiku secara bergantian untuk lepas dari celana yang sudah jatuh ke lantai. Maya langsung memasukkan tangannya kedalam CDku, perlahan-lahan tangannya mulai mengelus dan mengocok penisku yang sudah tegak berdiri dari tadi.

Kulepaskan ciumanku dan dengan cepat pula kulepaskan kaos yang kupakai serta CD-ku. Begitu melihat penisku yang berdiri tegak ke atas, Maya terlihat kaget.

“Gila! Say, kontolmu kok tambah gede? Habis kamu apain?”
“Nggak kuapa-apain kok. Paling cuma ngocok aja waktu kita sex di telepon.”
“Ah yang bener.. Jangan-jangan kamu sering ngentot ama perempuan lain yahh..”

Pertanyaan Maya hanya kujawab dengan senyuman, memang gaya bahasa Maya agak kasar bagiku tapi Maya memang kuajarkan untuk berbahasa kasar ketika kami sedang bercinta karena Maya dulunya adalah gadis alim yang punya nafsu sex yang besar tapi tidak dapat tersalurkan.

“Udah jangan ngerusak suasana, mo dilanjutin nga acara ngentotnya? Kalo mau buka donk CD-nya”
“Ihh.. Yayangku kok jadi pemarah sih.. Hehehehhe..” Sehabis berkata demikian Maya segera melepas CD-nya. Terlihat bulu kemaluannya yang tercukur tipis dan rapi membuat diriku bertambah nafsu.

Kembali kucium Maya dengan penuh nafsu sambil kutuntun Maya ke arah ranjang dan kuremas-remas kedua buah dadanya. Maya pun tidak tinggal diam, kedua tangannya asyik mengelus biji penisku dan mengocok penisku dengan lembut. Kudengar suara napas Maya dan diriku sudah mulai berat seperti habis olahraga selama 2 jam. Begitu sampai di tepi ranjang, Maya menjatuhkan dirinya secara perlahan dengan ditopang oleh kedua tangannya dengan posisi masih dalam keadaan berciuman. Begitu Maya sudah dalam posisi tidur, perlahan ciumanku mulai kuarahkan ke bagian telinganya, turun ke leher dan akhirnya berhenti di dada sebelah kanan. Kuhisap secara bergantian kedua puting milik Maya yang sudah mengeras sambil kuremas-remas dengan penuh nafsu. Tangan Maya mencengkeram kepalaku sambil merintih pelan.

“Sstt.. Ah.. Ahh.. Hmm.. Eennaakk Say..”

Lidahku mulai menari di kedua puting milik Maya. Kujilat, kusedot-sedot dan kugigit-gigit pelan kedua putingnya secara bergantian. Puting yang sudah mengeras seperti biji kacang atom menambah nafsuku untuk terus bermain di dadanya. Memang untuk ukuran wanita puting susu milik Maya termasuk besar dan saya termasuk lelaki yang lumayan suka dengan puting susu wanita yang besar (karena menurut mitos yang kubaca di majalah, wanita dengan puting susu besar memiliki nafsu sex yang besar pula).

Kedua tangan Maya mulai mengacak-acak rambutku. Kuarahkan tangan kiriku ke daerah vaginanya. Perlahan kuarahkan jari tengahku ke belahan vaginanya. Kurasakan vagina Maya sudah mulai basah. Kumasukkan secara perlahan jari tengahku kedalam lubang vaginanya dan jari tengahku mulai bermain di dalam lubang kenikmatannya. Kedua tangan Maya menjambak rambutku secara tiba-tiba sambil mengeluarkan suara.

“Uuhh.. Ahh.. Say udah nga tahan lagi nniihh.. Cepat Masukin kontolnya..!”

Rengekan Maya tetap tak kuhiraukan, kumainkan kedua dadanya sambil kupercepat pompaan jari tengahku di dalam lubang kenikmatan milik Maya. Rupayanya Maya sudah tidak tahan, berkali-kali kedua pahanya menjepit tanganku. Selang 5 menit kemudian Maya mengejang, kedua pahanya menjepit tanganku dan rambutku dijambak dengan kuatnya.

“Aahh..” Erang kenikmatan Maya.

Tanganku penuh dengan cairan kenikmatan yang terasa hangat, jari tengahku pun terasa dipijit perlahan oleh dinding kenikmatan milik Maya. Begitu kedua pahanya mulai longgar kutarik tanganku dan kujilat cairan kenikmatan dari Maya tanpa sisa. Tampaknya saya masih haus dengan cairan kenikmatan milik Maya, segera kuarahkan kepalaku ke vaginanya dan kujilat serta kusedot-sedot vagina milik Maya. vaginanya terasa becek lagi, Maya kembali mengusap-usap kepalaku.

“Say, gantian donkk. Maya khan juga pengen ngisap kontolmu, pengen rasain sperma kamu.”
“Ya udah kita ganti posisi ke 69 aja. Saya di bawah yahh..”

Kami pun berganti posisi, saya tidur telentang dan Maya naik diatas perutku. vagina Maya yang terlihat basah dengan warna merah kecoklat-coklatan diarahkan ke mukaku. Segera kusambar vagina, kujilat, kusedot-sedot, dan kumainkan lidahku di vagina Maya. Maya sendiri asyik dengan kontolku, perlahan dikocok dan dihisap kontolku dengan lembut disertai dengan permainan lidah Maya di seputar kepala kontolku. Kurasakan rasa dingin bercampur nikmat setiap kali Maya memainkan lidahnya di seputar kepala kontolku. Tanpa bisa kucegah kutembakan cairan spermaku kedalam mulut Maya, Maya langsung berhenti menghisap kontolku. Setelah selesai kukeluarkan spermaku Maya menelan semua spermaku dan menjilat sisa-sisa sperma yang ada di kontolku.

“Satu sama yahh..” Maya tersenyum sambil mengedipkan matanya.
“Spermamu banyak juga, saya sampe sempat eneg waktu nelannya..” Sambil berkata demikian Maya berlutut di samping tubuhku.
“Iya udah dua minggu nggak ngocok biar bisa keluarin di mulut kamu ama di dalam memek kamu.”
“Daasarr..! Masukkin ya kontolnya..” ujarnya sambil meraih kontolku dan mengarahkannya ke vagina miliknya.
“Iya, masuukin aja. Saya udah nggak tahan nih..”

Kontolku masuk dengan mudahnya di vagina Maya yang sudah basah oleh cairannya sendiri dan cairan ludahku. Setelah masuk semuanya, Maya mulai perlahan naik turun diatas kontolku. Dengan posisi Maya diatas dia terlihat sexy, kedua payudaranya ikut naik turun mengikuti irama Maya yang memompa kontolku. Kupeluk pinggangnya dan perlahan kugoyangkan kedua pinggulku mengikuti irama goyangan Maya. Tak lama kemudian Maya terlihat begitu liar, dia menggoyang pinggulnya dengan cepat dan ditopangkannya kedua tangannya ke dadaku.

“Cepookk.. Cepokk.. Ceepookk..”, ternyata vagina Maya sudah becek sekali sehingga menimbulkan bunyi dan tak berapa lama kumudian Maya mengalami orgasmenya yang kedua.

Maya pun merebahkan tubuhnya ke dadaku yang bidang, kurasakan kontolku dipijat-pijat dengan perlahan oleh dinding vagina Maya. Kubiarkan Maya menikmati sisa-sisa orgasmenya. Setelah nafas Maya mulai teratur segera kubalikkan tubuhnya dan kini posisi kami adalah missionary. Maya hanya bisa menatapku sambil tersenyum, kupompakan kontolku dengan perlahan sambil mencium bibir Maya. Semakin lama kupercepat pompaan kontol dengan hitungan 10x pompa cepat 1x tusukan yang dalam (teknik ini kupelajari semalam sebelumnya dari sebuah majalah bacaan dewasa). Rupanya Maya sangat menikmati teknik yang kulakukan padanya.

“Ehh.. Hhmm.. Say.. Enakk..”
“Teerruuss sayy.. Teerruuss.. Ahh..”
Tiba-tiba.., “Saayy..” teriak Maya.

Saya masih terus memompa vagina Maya, tak kuhiraukan teriakan dan cakaran Maya di punggungku. Kucium bibir Maya dan kemudian kualihkan ke payudaranya. Kunikmati kedua puting coklat Maya seperti saya menikmati es krim. Rasa pegal dikedua tanganku mulai terasa, perlahan kurebahkan badanku diatas tubuh Maya dan kucium bibirnya dengan nafsu. Maya tampak begitu nafsu menyambut ciumanku, dia menyedot lidahku dan memainkan lidahnya didalam rongga mulutku. Puas dengan ciuman dibibir kuarahkan ciumanku kekupingnya. Kumainkan lidahku di lekukan telinganya, hal ini membuat Maya tambah naik nafsunya.

“Say.. Geellii.. Aahh..”
“Sayy.. Lebbihh dallaamm lagii.. Teruusshh..”

Racauan Maya tak kudengar lagi karena tiba-tiba kurasakan kontolku hendak memuntahkan ‘peluru’ yang sudah lama kutahan.

“May.. Saya mo keluar nihh..”
“Sama-sama.. Saya juga mo keluar kokk..”

Kupercepat pompaanku dan tak lama kemudian.. Kutekan pinggulku dengan kuat ke dalam vagina Maya dan kulepaskan sperma yang sudah siap untuk bertemu dengan induknya. Sekejap rasa nikmat, puas dan lega menjadi satu membuat diriku seperti terbang ke langit kesembilan.

“Saayy.. Saya.. Sayaa.. Aahh..”

Kedua paha Maya menjepit pinggulku, Maya pun mengalami orgasme yang ketiga. Kubiarkan Maya memelukku, kudengar suara nafas Maya yang terengah-engah seperti lari 5 km. Berangsur-angsur nafas Maya mulai kembali normal. Perlahan kuangkat tubuhku, kulihat Maya tersenyum dengan bahagia. Kucium bibirnya dan kurebahku tubuhku disampingnya. Maya memelukku sambil tangannya mengelus-elus kontolku (Sejenak saya berpikir mengapa kontolku tidak lemas setelah berhubungan dengan Maya, apa memang nafsuku sedang tinggi. Tapi tak kuhiraukan kejanggalan tersebut karena hari ini saya memang akan bercinta sampai puas dengan Maya).

“Say, tadi itu enak banget. Saya ampe keluar empat kali. Kamu emang perkasa..”
“Loh.. Bukannya tiga kali? Tadi kamu tiba-tiba teriak kenapa?”
“Ihh.. Kamu ini. Tadi itu pas ngentot pertama saya keluar trus keluar lagi barusan. Jadi selama ngentot tadi saya keluar 2 kali.” Maya tersenyum malu ketika mengatakan hal tersebut
“Jadi hari ini saya yang menang yahh.. Hehehhehe..”
“Iya, kamu yang menang. Kontol kamu enak banget say. Tambah gede dan juga kamu tambah pintar aja. Sapa yang ngajarin?”

“Ada dehh.. RAHASIA. Tapi memek kamu juga enak, kelihatannya tambah sempit. Beda ama waktu kita ngentot pertama kali. Makasih yahh..! CUP..” ujarku sambil kukecup keningnya tanda ucapan terimakasih dan sayang. Tampak raut muka Maya tersipu malu bercampur senang dan memelukku dengan lebih erat lagi.
“Yang penting kamu bisa membuat saya puas itu sudah cukup kok.”

Setelah itu permainan kami lanjutkan seharian di kamar mandi, di ranjang, di atas kursi tamu, di depan jendela yang menghadap ke kota serta di lantai kamar beralaskan selimut hotel yang tebal. Total permainan kami saat itu adalah sekitar 8 kali.

Akhirnya Maya kuantar pulang ke rumah pukul 21.45 dan saya kembali ke hotel tempat saya melakukan ‘olahraga’ nikmat bersama Maya karena malam itu saya mengadakan pesta tahun baru bersama teman-temanku. Sepanjang jalan kuputar lagu Stinky yang berjudul ‘Cinta Suci’ secara berulang-ulang dan saya pun dengan suara lemas ikut menyanyikan lagu tersebut.


Posting Komentar

0Komentar
Posting Komentar (0)